Bekerja tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan masa sekarang/saat ini, namun juga untuk tabungan di masa depan yang dapat digunakan misalnya untuk pendidikan anak, hari tua, dan berbagai keperluan lainnya baik yang terencana maupun tidak terencana atau bahkan tidak terduga.
Bagi sebagian besar karyawan yang bekerja di perusahaan, tabungan hari tua, asuransi kesehatan, dan berbagai tunjangan lainnya sudah dipikirkan oleh perusahaan tempat karyawan tersebut bernaung dengan cara pemotongan pendapatan tiap bulannya untuk biaya-biaya tersebut.
Namun bagaimana dengan kesejahteraan para Wiraswastawan?
Yang dimaksud wiraswastawan disini adalah seseorang yang tidak terdaftar sebagai karyawan di suatu perusahaan tertentu seperti dokter, penulis lepas, fotografer professional, hingga konsultan di berbagai bidang. Pada prinsipnya wiraswastawan berbeda dengan karyawan, ketika wiraswastawan berlibur, maka pemasukan bagi mereka juga akan berhenti, hal ini terjadi karena wiraswastawan memilki bisnis dan bekerja dalam bisnis tersebut sebagai sumber pendapatan tunggal.
Wirasawatawan harus bekerja lebih keras untuk mempertahankan kesejahteraan yang diperoleh. Tetapi dengan ketelitian dan kecermatan mengalokasikan pendapatan, bukan hal mustahil mereka bisa menikmati hidup seperti pemilik bisnis.
Sebagai Solusinya???
wiraswastawan disarankan untuk memiliki asuransi, seperti asuransi kesehatan, asuransi jiwa, tabungan, ataupun investasi untuk hari tua guna kelangsungan hidupnya ketika sudah tidak bekerja lagi.
Beberapa hal perlu diperhatikan ketika mengambil asuransi kesehatan misalnya rawat inap, rawat jalan, jenis penyakit yang ditanggung, harga maksimum kamar yang ditanggung, hingga alokasi dana obat-obatan. Asuransi jiwa juga bisa diambil jika masih ada tanggungan seperti anak yang masih sekolah, atau untuk meninggalkan warisan.
Pendapatan wiraswasta memang tidak bisa dipastikan besarnya perbulan, tetapi biasanya bisa dibuat rata-rata atau estimasi pendapatan minimal. Jumlah dana yang bisa disimpan untuk berbagai alokasi ini biasanya 10% hingga 20% dari penghasilan yang diperoleh, tetapi bisa ditambah ketika ada penghasilan tambahan.
Pada prinsipnya persiapkan untuk diri sendiri dan pasangan terlebih dahulu, karena anak bisa diangap sudah mandiri ketika wiraswasta berhenti bekerja, kecuali selama masa bekerja bisa menyimpan dana lebih banyak untuk diwariskan atau tunjangan anak.
0 komentar:
Post a Comment