Saya akui saya orang yang awam soal politik. yang dimana buat saya politik adalah suatu ambisi seseorang/kelompok untuk mewujudkan kekuasaan, dimana bisa saja kekuasaan tersebut membawa kebaikan sebaliknya bisa membawa keburukan. jujur selama ini saya mempunyai hak politik dalam hal ini pemilihan umum baik pemilihan presiden, kepala daerah gubernur, bupati/walikota, dan pemilihan anggota legislatif saya ingat betul baru empat kali saya mengunakanya, yaitu dalam dua kali pemilihan presiden tahun 2009 dan 2004, sekali dalam pemilihan bupati "saya tinggal/berdomisili di kabupaten" dan sekali pemilihan gubernur, selebihnya saya memilih golput dalam pemilihan anggota legislatif. karena saya merasa pemilihan legislatif bagaikan beli kucing dalam karung, saya tidak mengenal satu persatu anggota calon anggota dewan terhormat tersebut yang muncul dimusim kampanye mengumbar janji dan perlahan menghilang dengan berjalanya waktu, jika sudah terpilih mencerminkan sekumpulan anak TK yang tidak patut dicontoh.
Saya bukan simpatisan partai demokrat tapi saya langsung terpikat saat partai ini muncul pertama kali, dikarenakan sosok pendirinya bukan lain adalah Bapak Susilo Bambang Yudoyono, yang saat itu membawa angin segar dimana saat itu saya tidak percaya lagi dengan para politikus wajah-wajah lama sisa orde baru dalam penilaian saya hanya loyal dengan partai dan kelompok dan tidak pada negara. saya yakin dengan figur Pak SBY saya tidak ragu memberikan hak suara saya kepada beliu.
Dengan berjalanya waktu dalam kepemimpinan beliau saya akui ada perubahan besar dari pendahulunya, meskipun ada beberapa kekurangan saya anggap wajar manusiawi. dengan begitu saya tidak ragu memberikan hak suara saya kedua kalinya dalam pencalonan beliau selanjutnya. saya sangat berharap pelan berlahan Indonesia menjadi lebih baik dibawah kepemimpinan beliau.
Dalam perjalan pemerintahan beliau yang kedua kalinya saya merasa iba/kasihan dan sekaligus pudar kepercayaan saya kepada sosok Bapak SBY, dengan ada banyaknya kasus korupsi dalam pemerintahannya, dan banyak diantara koruptor adalah anak beliau "anggota/kader partai demokrat" yang telah mengantar beliau dua kali menduduki kursi kepresidenan.
Diakhir masa jabatan saya makin tidak percaya dan benci dengan Pak SBY dikarenakan sikap beliau yang tidak tegas menentukan nasib bangsa dalam hal ini perancangan UUD pemilukada. dengan membiarkan hak rakyat indonesia dirampas dan menyerahkanya pada sekumpulan anak TK yang tidak naik kelas yang kerjanya "tidur saat rapat, melihat film porno saat rapat, hanya bisa menghambur-hamburan uang rakyat dengan bertamasya tidak jelas hasilnya, dan banyak lagi prilaku lainnya yang tidak patut ditiru" dan membawa kemunduran berdemokari di Indonesia, mengembalikan wajah politik orde baru, apa penegak negara ini tidak pernah belajar dari sejarah bangsa ini?? (Jawabanya hanya Tuhan yang tahu).
Diakhir masa jabatan saya makin tidak percaya dan benci dengan Pak SBY dikarenakan sikap beliau yang tidak tegas menentukan nasib bangsa dalam hal ini perancangan UUD pemilukada. dengan membiarkan hak rakyat indonesia dirampas dan menyerahkanya pada sekumpulan anak TK yang tidak naik kelas yang kerjanya "tidur saat rapat, melihat film porno saat rapat, hanya bisa menghambur-hamburan uang rakyat dengan bertamasya tidak jelas hasilnya, dan banyak lagi prilaku lainnya yang tidak patut ditiru" dan membawa kemunduran berdemokari di Indonesia, mengembalikan wajah politik orde baru, apa penegak negara ini tidak pernah belajar dari sejarah bangsa ini?? (Jawabanya hanya Tuhan yang tahu).
Dengan beberapa alasan yang muncul, diantaranya kekurangan pemilihan langsung yang diutarakan para politikus mereka berangapan banyak penyelewengan praktek money politic dalam pemilihan kepala daerah secara langsung. Sebagai warga negara saya merasa hak politik saya telah dirampas. Apa dengan pemilihan lewat PDRD bisa berjalan jujur?????? (Jawabanya hanya Tuhan yang tahu).
Belajar dari sejarah dalam pemilihan Deputi Gubernur Bank Indonesia yang dipilih oleh wakil Rakyat, Miranda Gultom, menyuap banyak anggota DPR atau anggota DPR nya yang mengharapkan disuap baru mau milih ( calon dalam hal ini Miranda Gultom ), ingat kasus Travelling cek, masing-masing anggota DPR menerima sejumlah uang. ini contohnya, walaupun bukan pilkada melalui DPRD, tapi contoh ini, meng isaratkan bahwa belum tentu pemilu kada lewat DPRD bebasdari money politic. Sekali lagi yang saya tahu DPRD telah merampas hak saya, dan hak Rakyat Indonesia, untuk tidak bisa lagi memilih calon pemimpinnya.
Diakhir tulisan saya menyimpulkan dengan tidak ketegasan Bapak Susilo Bambang Yudoyono sebagai Presiden dan Pemimpin Partai Demokrat dalam menolak pemilukada lewat DPRD. dari sisi pemerintahan beliau tidak tegas dan membiarkan begitu saja perancangan RUU ini bagaikan banjir bandang yang bisa saja menghempas Demokari membawa bencana dalam demokrasi Indonesia. Dari sisi pemimpin partai lepas benar tidaknya beliau telah membiarkan RUU ini disahkan oleh DPR, menginggat suara partai demokrat suara penentu hasil akhir sidang RUU Pilkada. saya tidak akan pernah lupa sampai akhir hayat dan saya akan ceritakan kepada cucu-cucu saya, bila perlu ditulisa dalam buku sejarah sekolah Pak SBY "Susilo Bambang Yudoyono" yang ikut mencidrai Demokrasi Indonesia dan pantas menjadi musuh bersama Rakyat Indonesia.
0 komentar:
Post a Comment